2014 in review
Asisten statistik WordPress.com menyiapkan laporan tahunan 2014 untuk blog ini.
Berikut ini kutipannya:
Aula konser di Sydney Opera House menampung 2.700 orang. Blog ini telah dilihat sekitar 12.000 kali di 2014. Jika itu adalah konser di Sydney Opera House, dibutuhkan sekitar 4 penampilan terlaris bagi orang sebanyak itu untuk menontonnya.
A Foolish Letter
Eyeshield 21 © Richiro Inagaki & Yusuke Murata
A Foolish Letter
T-Rated | Friendship/Angst | FutureFic | AR | Out of Character | Implied HiruMamo and JumonjiSara
Disclaimer: All publicity recognizable characters, setting, etc. are the property of their respective owners. The original characters and plot are the property of the author of this story. The author is in no way associated with the owners, creators, or producers of any previously copyrighted material. No copyright infringement is intended. There’s no money making here.
Dear Mamori dan Sara,
Maafkan aku karena pergi dengan hanya meninggalkan surat ini. Maafkan aku jika surat ini membuat kalian sedih, aku hanya tak bisa menahan keinginan untuk mengungkapkan perasaanku. Setidaknya aku bisa sedikit lega jika kalian mengetahui isi hatiku.
Teman-temanku, aku sayang kalian. Dan itu artinya, aku harus merelakan kalian jika itu akan membuat kalian bahagia. Aku mengerti, persahabatan ini takkan berlangsung selamanya, betapa pun kita menginginkannya. Semuanya indah ketika kita bersama, hidup ini terasa mudah, dan impian kita terlihat begitu dekat. Tawa dan tangis yang kita bagi bersama tak akan pernah aku lupakan. Kenangan itu selamanya akan menjadi penyemangat hidupku, sesuatu yang menepuk pundakku ketika aku kesepian.
Kini kalian telah menemukan hal yang lebih bersinar daripada persahabatan. Seorang kekasih yang jauh lebih menyayangi kalian, yang bisa memberikan apa yang tidak bisa diberikan seorang sahabat. Mereka yang memberikan perasaan yang begitu berwarna pada kalian, yang jika dibandingkan dengan tawa dan tangis yang kita bagi bersama, kita tak ada apa-apanya. Bersama dengan kekasih kalian, kalian bahkan tak memerlukan impian.
Sejak dulu, aku tahu, suatu saat nanti mereka pasti akan membawa kalian pergi dariku. Aku tahu, jika seseorang mendapatkan belahan jiwanya, maka ia harus rela kehilangan sahabatnya. Bahkan sejak kalian belum menemukan mereka, aku sudah mempersiapkan diri untuk kehilangan kalian. Untuk kembali kepada kesendirianku. Karena aku tahu, aku tidak bisa seperti kalian. Aku takkan pernah menemukan pasangan jiwaku. Aku diciptakan tak utuh.
Mamori, Sara, aku sayang kalian.
Aku tahu kalian pernah kesal padaku karena selalu menganggap buruk kekasih kalian; Hiruma dan Jumonji. Padahal aku pun tahu kalau sebenarnya mereka adalah orang-orang yang baik. Sejujurnya waktu itu aku takut kalau saat ketika kalian lebih memilih mereka daripada aku akan segera tiba. Aku cemburu ketika kalian tidak bisa bermain denganku karena jadwal kencan kalian. Hanya kalianlah yang aku punya. Hanya kalian yang dapat membuatku tertawa lepas juga menangis dengan keras. Aku takut kalau aku tidak bisa bertahan tanpa kalian.
Tapi aku menyayangi kalian. Aku sangaaat menyayangi kalian. Jadi jika mereka memang dapat membuat kalian lebih bahagia, aku akan pergi. Aku akan mundur perlahan-lahan, aku tidak akan mengganggu kemesraan kalian lagi. Jika kalian bahagia maka aku pun akan baik-baik saja. Sebelum bertemu kalian, aku selalu sendirian dan aku baik-baik saja, setidaknya aku bertahan hidup. Kali ini pun, ketika akhirnya kalian pergi dariku, aku pasti akan bertahan, mungkin. Haha.
Kadang aku berandai-andai, jika kita bisa terus menjalani hari-hari kita seperti masa muda kita. Pergi ke sekolah, bercanda di kelas, bermain sepulang sekolah, menginap di akhir pekan. Ah, pasti akan menyenangkan, aku takkan bosan. Tapi kalian mungkin akan muak. Sejak awal kita memang terlalu berbeda. Aku, Ako yang membosankan, yang kutu buku, yang tidak suka keramaian, yang tidak punya rasa percaya diri. Aku yang seperti ini berani berteman dengan kalian; Mamori si Malaikat Deimon dan Sara si anak berprestasi. Seharusnya aku bahkan tidak berani berharap untuk menggenggam tangan kalian selamanya.
Kalian pernah meyakinkanku kalau kalian tak akan berubah. Kalau setelah kalian menikah, kita akan tetap bersama, aku takkan merasakan perbedaannya. Aku hanya mengangguk, sementara di dalam hati, aku tak percaya kata-kata itu. Tapi aku mengerti. Sudah kubilang kalau aku sudah mempersiapkan diri sejak lama bukan?
Namun rupanya persiapan seperti apa pun tidak bisa mengurangi rasa sakitnya. Perasaan sayangku pada kalian sahabat-sahabatku, ternyata tak bisa menghentikan rasa cemburu ini. Kalian yang berbahagia tanpa aku. Tapi seperti janjiku, ketika aku sudah memastikan kalau kalian bahagia, aku akan pergi. Aku akan menghilang karena aku takut suatu saat nanti aku tak bisa menahan perasaanku. Bisa-bisa aku menghancurkan kebahagiaan kalian karena keegoisanku. Aku takkan membiarkan hal itu terjadi. Jadi biarlah aku yang pergi.
Selamat tinggal Mamori, Sara. Kalian mungkin bosan mendengarnya tapi … aku menyayangi kalian.
XoXo,
Ako
– A Foolish Letter –
Walaupun Ako memang sangat ingin mengutarakan perasaannya itu, pada akhirnya ia melipat surat yang sudah ia buat dan menyimpannya di dalam kotak. Bersama surat-surat lainnya yang tidak akan pernah sampai kepada penerima yang dimaksud. Menulis surat-surat itu membuatnya sedikit lega, memperpanjang usianya yang tidak begitu panjang. Gadis itu pun tersenyum kecil. Ia membayangkan wajah kedua sahabatnya dan berbisik, “Ah, aku akan sangat merindukan kalian”.
Seraya menahan air matanya agar tidak tumpah, ia pun menaruh kotak berisi surat tersebut di bawah ranjang tidurnya. Ako mengambil napas panjang sambil merapikan make-up-nya. Hari ini adalah hari pernikahan sahabatnya tersayang, setidaknya ia tidak boleh merusak pemandangan bukan?
Pada pertengahan musim semi, di hari yang indah ini, ia akan memeluk erat sahabatnya, mengucapkan “omedettou” yang baginya sama saja dengan “sayonara”.
A/N: Ehem, sebenernya saya udah nulis fic ini dari taun kemaren. Setelah beberapa saat yang lalu saya menerima berita yang sangat mengejutkan tentang kedua sahabat tercinta saya yang akan segera menikah, saya langsung teringat fanfic ini. Setelah saya baca lagi, perasaan saya sekarang persis Ako (yang sebenernya saya nggak tau karakternya kaya gimana :p).
Anyway, RnR? 😀
Diproteksi: The Dancing Demons
2013 in review
The WordPress.com stats helper monkeys prepared a 2013 annual report for this blog.
Here’s an excerpt:
A New York City subway train holds 1,200 people. This blog was viewed about 5,400 times in 2013. If it were a NYC subway train, it would take about 5 trips to carry that many people.
Extrication
Extrication
Angel Beats © Jun Maeda
—Romance/Angst, Yuzuru Otonashi/Yuri Nakamura, AR (almost AU), maybe OoC—
Disclaimer: All publicity recognizable characters, setting, etc. are the property of their respective owners. The original characters and plot are the property of the author of this story. The author is in no way associated with the owners, creators, or producers of any previously copyrighted material. No copyright infringement is intended. There’s no money making here.
—Yuzuru—
Sinar lemah matahari yang beringsut pulang menambah kepanikan Yuzuru Otonashi. Pemuda berseragam lusuh itu terengah di tangga darurat gedung sekolah. Beberapa kali ia terjatuh karena tergesa. Tubuhnya penuh luka, seragam coklatnya mungkin sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Namun ia tak peduli. Yang ia pikirkan saat ini hanyalah gadis yang sedang berdiri di atap gedung lain.
“Yuri ….”
Yuzuru memukul-mukul dadanya yang terasa perih. Sensasi terbakar karena lalu lintas udara dari dan ke paru-parunya membuatnya hampir menyerah. Tapi bayangan gadisnya yang tersayang sedang bernegosiasi dengan Dewa kematian membuat Yuzuru kembali menggerakkan tungkainya. Ia berlari dan berlari menuruni tangga tersebut.
Dalam hati ia berteriak frustasi, memohon agar Yuri tidak mati. Gadis itu kuat, semua orang tahu itu. Namun hanya Yuzuru yang tahu, kalau terkadang anak perempuan itu kehilangan pegangannya akan dunia ini. Kalau Yuri sering kali hampir membunuh dirinya sendiri, bahkan tanpa ia sadari. Dan kalau hanya Yuzuru yang bisa menariknya kembali ke akal sehatnya.
Seharusnya tadi ia tidak meninggalkan Yuri sendirian. Bagaimana ia bisa begitu bodoh? Bagaimana ia bisa tidak menyadari tingkah ganjil gadisnya hari ini? Bagiamana bisa ia lebih peduli kepada gadis lain yang bukan siapa-siapanya?
“Yuri—”
Yuzuru terus menerus berdoa akan keselamatan Yuri sembari mengutuki dirinya sendiri yang tidak berada di sisi gadisnya saat ini. Ia sudah berjanji kalau selamanya, ia akan berada di sisi Yuri. Ia akan menjaga anak perempuan itu tetap hidup. Ia telah menjanjikan masa depan. Dan ia tidak ingin mengingkari janji itu.
“—kumohon.”
—Yuri—
Di tepi atap sebuah gedung sekolah tua, seorang anak perempuan berdiri tegang. Kedua bola matanya bergerak-gerak gelisah sementara kerumunan manusia di bawah gedung itu semakin membesar. Matahari senja membuat segalanya terlihat sepia. Rasanya waktu pun berjalan melambat, membuat Yuri semakin tersiksa dengan pertentangan batinya.
Tep.
Kakinya maju satu langkah … hanya untuk ditarik kembali. Gadis itu tak tahan lagi. Mimpi buruk yang menghampirinya setiap malam, perasaan bersalah yang merobek-robek jiwanya, semua itu membuatnya gila.
Selama ini Yuri bisa bertahan hanya karena kehadiran lelakinya; Yuzuru. Yuzuru yang tersayang. Satu-satunya alasan Yuri bertahan untuk menghirup udara tajam setiap hari. Hanya bayangan Yuzuru yang bisa membuat dunianya teralihkan dari bayangan tiga anak kecil yang ditembak di depan gadis itu.
“Yuzuru ….”
Sang Otonashi muda mampu membuat dunia tanpa warna milik Yuri menjadi tempat yang layak untuk ditinggali. Namun kini, lelaki itu telah melangkahkan kakinya keluar dari dunia Yuri. Melihat senyum berhiaskan tatapan sayang Yuzuru pada gadis lain membuat jiwanya hancur. Lelaki yang ia pikir akan selalu ada untuknya itu kini lebih mementingkan gadis lain. Kini sudah tidak ada lagi yang tersisa bagi Yuri. Ia sudah tidak punya apa-apa—siapa-siapa. Yuri sudah tidak punya alasan untuk bertahan lagi.
Yuzuru kini lebih memilih Kanade. Gadis yang lebih manis darinya. Gadis yang lebih kuat sekaligus lebih lemah darinya. Yuzuru pasti sudah lelah akan Yuri. Yuri yang berpura-pura kuat. Yuri yang berpura-pura ceria. Yuri yang harus selalu dilindungi. Yuzuru pasti sudah tidak tahan lagi.
“Yuzuru, aku—”
Yuri mengerti. Gadis itu tahu benar kalau Kanade memiliki masa lalu yang jauh lebih mengerikan dari dirinya. Yuri juga tahu kalau Kanade menjalani hidupnya tanpa berpura-pura. Kanade tidak berpura-pura kuat seperti dirinya, karena Kanade memang kuat. Yuzuru tidak akan kelelahan jika bersama Kanade.
Yuri mengerti. Ia juga akan merelakan Yuzuru, menyerahkan pemuda itu kepada Kanade dengan satu syarat; jika dirinya sudah tidak ada lagi di dunia ini.
“—kurasa, aku mengerti.”
—Yuzuru—
Yuzuru terus berlari tanpa menghiraukan otot kakinya yang menjerit kesakitan. Ia lebih mempedulikan hatinya yang terus memanggil nama gadisnya. Sore ini ia menemui Kanade, gadis misterius yang belum lama ini menjadi teman barunya. Gadis yang rapuh, mengingatkan Yuzuru pada gadisnya sendiri. Ketika sedang menghibur gadis mungil yang sering dipanggil Tenshi itu, Hinata—temannya—menghubungi telepon genggamnya.
Jantung Yuzuru seakan melesak ke tenggorokan ketika Hinata mengabarinya tentang Yuri. Lututnya tiba-tiba lemas, Kanade sampai harus menahan tubuhnya agar tidak terjatuh. Ia tidak mau percaya kabar itu. Di sisi lain, ia yang paling tahu kalau Hinata tidak akan berbohong. Yuri … Yurinya yang tersayang sedang berdiri di tepi atap gedung sekolah lama yang akan segera dihancurkan. Gadisnya itu bisa mengakhiri hidupnya kapan saja.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Kanade, ia melepaskan diri dari gadis itu. Yuzuru pun berlari. Ia melesat kesetanan menuju seseorang yang ia pikir akan selalu ada di sisinya, termasuk di masa depannya. Membayangkan masa depan tanpa Yuri membuat dunia lelaki itu kehilangan warna.
—Yuri—
Hari semakin gelap, begitu pun dengan hati Yuri yang ditelan awan hitam. Di tepi gedung tua itu, dibelai angin musim gugur, Yuri Nakamura kembali melangkahkan kakinya. Sudah tidak ada lagi langkah mundur yang diambilnya. Dengan ini hanya perlu satu langkah lagi baginya untuk mencapai pelepasan. Untuk menghilang, mengakhiri rasa sakit yang selama ini ia tahan.
Dari tempatnya sekarang, Yuri bisa melihat murid-murid sekolahnya yang belum pulang sedang berkumpul di bawah gedung. Ia tidak bisa melihat siapa saja yang ada di sana; siapa saja yang akan menyaksikan kematiannya. Namun ia tahu kalau Yuzurunya yang tersayang tidak ada di sana. Yuzuru pasti saat ini sedang bersama Tenshi. Mata gadis ceria yang dulu bersinar itu pun menggelap.
“Sudah cukup,” gumamnya. Suaranya bergetar sementara titik air mata sedang menghitung waktu untuk jatuh dari ujung dagunya.
Diiringi desahan putus asa, satu langkah terakhir pun diambil oleh gadis itu. Ia sudah menetapkan takdirnya. Di dunia ini Yuri sudah tidak punya tempat lagi. Seharusnya ia sudah meninggalkan dunia ini sejak bertahun-tahun lalu, bersama ketiga saudaranya yang tersayang.
“Sayonara, Yuzuru ….”
Yuri Nakamura, otomatis tersenyum ketika nama menyebutkan nama sang kekasih untuk yang terakhir kalinya. Ia menutup matanya sambil membiarkan tubuhnya meluncur. Gadis itu melayang bebas di udara, melepaskan segalanya, menanti pelepasan yang diharapkannya sejak lama.
—Yuzuru—
Tep.
“Yu—”
Bruakkkk!
Yuzuru Otonashi sampai di depan gedung lama sekolahnya tepat ketika gadisnya meluncur ke tanah keras. Tubuh Yuri menghantam permukaan padat yang dengan segera menghancurkan tengkoraknya. Pecahan tulang yang menusuk otaknya seketika menghentikan tubuhnya merasakan apa-apa. Sementara tulang lehernya yang patah bertugas untuk mencabut nyawanya, tepat di hadapan Yuzurunya yang tersayang.
Kepala Yuri hancur sementara tangan dan kakinya tertekuk tidak wajar. Darah terus mengalir dari semua luka di tubuhnya, seakan berusaha menenggelamkan dirinya sendiri. Semua orang yang berkumpul di depan gedung lama itu berteriak histeris. Dari kejauhan terdengar suara mobil polisi yang terlambat datang. Sementara Yuzuru … tidak ada suara yang keluar dari bibirnya.
Denial. Sang Otonashi sedang berada dalam fase penolakan. Ia berdiri mematung, menunggu pemandangan yang dianggapnya ilusi itu menghilang.
Tapi ditunggu berapa lama pun, pemandangannya tidak berubah. Jerit ngeri para siswi yang berada di sana, bisik-bisik prihatin, juga desahan kecewa yang dibuat-buat mulai membuat Yuzuru naik darah.
Fase kedua; anger.
“Yuri, jangan main-main. Cepat bangun sialaaan! Gadis bodoh!”
Yuzuru meneriaki mayat Yuri seperti orang gila. Ia memukul siapa saja yang mencoba menariknya mundur, menjauhi jenazah kekasihnya. Tidak, ia belum selesai.
“Yuri ….”
Tenggorokan Yuzuru tercekat sementara air mata mulai menuruni pipinya yang memerah. Ia menjatuhkan lutunya, meratapi gadisnya. Dalam duka itu Yuzuru mulai melihat hal yang tidak mungkin; dada gadisnya masih naik turun. Gadisnya masih bernapas!
Langsung saja ia meraih kekasihnya, berusaha memompa dada Yuri dan memberinya pernapasan buatan. Jika ia terus melakukannya, mungkin Yuri masih bisa selamat. Mungkin Yuri masih bisa membuka matanya. Mungkin Yuri masih bisa tersenyum, sedetik saja. Yuzuru mengkhayalkan harapan. Fase ketiga—bargaining.
Tim medis yang datang bersamaan dengan polisi menarik Yuzuru dari tubuh Yuri. Sekali lihat pun, sudah jelas kalau Yuri tidak punya harapan untuk diselamatkan. Depression. Yuzuru lalu mencapai fase keempat. Lelaki itu meronta-ronta, mencoba melepaskan diri dari orang-orang yang menatapnya kasihan. Ia mencoba berlari menuju gedung sekolah lamanya. Yuzuru berniat melakukan hal yang sama dengan Yuri, ia ingin menyusul gadis itu secepatnya.
Yuzuru tenggelam dalam keputusasaan dalam fase terakhirnya; acceptance. Ia sudah menerima kematian Yuri. Namun lelaki itu tidak mau hidup di dunia yang tidak ada Yuri.
Selama ini, ia pikir ia telah menyelamatkan Yuri. Selama ini, ia pikir mereka berdua akan terus bersama, sampai kapan pun. Selama ini, ia pikir mereka bisa bahagia. Terlepas dari masa lalu masing-masing, mereka akan saling melindungi. Namun kini kebahagiaannya, masa depan itu, hanyalah ilusi. Gadisnya sudah mati.
Yuri sudah mati.
Sambil merapalkan kalimat itu seperti mantra, Yuzuru terus berlari menuju atap gedung. Orang-orang yang mengejarnya tertinggal jauh di belakang. Yuzuru melesat meninggalkan mereka. Ia tak peduli akan apapun lagi. Hal yang paling diinginkannya, sesuatu yang dilindunginya mati-matian kini sudah lenyap. Yang tersisa baginya sekarang sama sekali tidak ada artinya tanpa Yuri di sisinya. Ia pun berlari meninggalkan semua, berlari mencari pelepasannya sendiri.
—End—
A/N: Moshi-moshi, minna-san. Ehem, saya udah lama banget nggak nulis nih. Jadi, mohon maaf atas segala kekurangan fanfic ini yaaaa. Bagi yang pernah baca tulisan saya sebelumnya, pasti nyadar kalo saya kembali ke gaya lama saya, di mana deskripsi mendominasi. Muahahaha, tadinya saya pengen nyelipin dialog biar seimbang, tapi beneran nggak tau harus gimana nyelipinnya. Anyway, thanks for reading! Kritik dan saran sangat diharapkan~ ^^
Answer is Near
Romaji
I think this way
Ikutoori mo aru sono toi no kotae wa mou
Tada genri ya riron ni shitagatte michibikidasu
Nan no hentetsu mo nai Answer
(You know that)
Come on! Come on!
You hear me, everybody
Hello! Hello!
Naa kitto
Kono yo ni seikai mo hazure mo
Honto wa nai hazu dakara
Wake up! Wake up! (Right now!)
Don’t turn your back on me
Come on! Come on! yeah
You stand here alive
The answer is inside of me
Ima wo ikiru koto wa kantan janakute
Tada tenoshi kerya iittemo n demo nakute
Asu asatte no jibun ni
Nani ga okorou to sekinin wo moteru ka douka sa
(Are you seeing it, you and me)
Come on! Come on!
You hear me, everybody
Hello! Hello!
Naa motto
Kotoba ya omoi tsuyoku
Koko ni tamekon doitesa
Stand up! Right now! (Right now!)
Haruka saki wo mo egaite kou yeah
You stand here alive
The answer is inside of me
Kimi no omou atarimae,
Kimi ni totte atarimae kana?
Kimi no omou atarimae,
Boku ni totte atarimae kana?
Dou omou? Saa dou darou?
Kore jitai ga mou nansensu sugiru kana?
Kotae wa nai? Jaa nan darou?
Mata boku wa furidashi ni oh…
Hello! Hello!
Kono koe wa todoite n darou?
Aa kitto
Kono yo ni seikai mo hazure mo
Machigainaku nai n dakara
(Wake up! Right now!) Wake up now
(Don’t turn your back on me)
(Come on! Come on!)
You still stand here alive
Shinu magiwa ni kui wa nai to
Ieru you ni ikitetai dake!!
(Stand up! Right now!) You know the answer is…
(Wake up! Right now!) inside of me!!
Kanji
I think this way
幾通りもあるその問いの答えはもう
ただ原理や理論に従って導き出す
なんの変哲もないAnswer
(You know that)
Come on! Come on! You hear me?
Everybody, Hello! Hello!
なあきっとこの世に正解もハズレもホントはないはずだから
Wake up! Right now! Don’t turn your back on me
Come on! Come on! You stand here alive
The answer is inside of me!!
今を生きることは簡単じゃなくて
ただ楽しけりゃいいってもんでもなくて
明日明後日の自分に
何が起ころうと責任を持てるかどうかさ
(Are you seeing it, you and me)
Come on! Come on! You hear me?
Everybody, Hello! Hello!
なあもっと言葉や想い強く心(ここ)に溜め込んどいてさ
Stand up! Right now! 遥か先をも描いてこう
You stand here alive
The answer is inside of me!!
君の思う当たり前、君にとって当たり前かな?
君の思う当たり前、僕にとって当たり前かな?
どう思う? さあどうだろう?
これ自体がもうナンセンスすぎるかな?
答えはない? じゃあなんだろう?
また僕はふりだしに oh…
Hello! Hello! この声は届いてんだろう?
ああきっとこの世に正解もハズレも間違いなくないんだから
(Wake up! Right now!) Wake up now (Don’t turn your back on me)
(Come on! Come on!) You still stand here alive
死ぬ間際に悔いはないと言えるように生きてたいだけ!!
(Stand up! Right now!) You know the answer is
(Wake up! Right now!) inside of me!!
You know the answer is inside of me!!
Translation
I think this way
There are already several ways to answer that question
Just derive it according to principles and theories
What a mediocre Answer
(You know that)
Come on! Come on! You hear me?
Everybody, Hello! Hello!
Hey surely
In this world there really shouldn’t be right and wrong so…
Wake up! Right now! Don’t turn your back on me
Come on! Come on! You stand here alive
The answer is inside of me!!
Not easy to live in the now
It’s not just a matter of having fun either
The me of tomorrow and the day after
No matter what happens, will take responsibility? Somehow
(Are you seeing it, you and me)
Come on! Come on! You hear me?
Everybody, Hello! Hello!
Hey more
Words and feelings strongly hoard them in my heart Get out of the way
Stand up! Right now! Let’s draw the far way future yeah
You stand here alive
The answer is inside of me!!
Your thoughts are obvious, are they obvious to you?
Your thoughts are obvious, are they obvious to me?
What do you think? Well what is it?
Is this in itself just too much nonsense?
No answer? Well what then?
Again I’m back to square one oh….
Hello! Hello! This voice is reaching you right?
Ah surely
In this world there’s no mistaking right and wrong so…
(Wake up! Right now!) Wake up now (Don’t turn your back on me)
(Come on! Come on!) You still stand here alive
I just want to live so I can say I have no regrets just before my death!
(Stand up! Right now!) You know the answer is…
(Wake up! Right now!) inside of me!!
You know the answer is inside of me!!
Credits: JpopAsia
The Beginning
Romaji
Just give me a reason
to keep my heart beating
Don’t worry it’s safe right here in my arms
As the world falls apart around us
All we can do is hold on hold on
Take my hand
and bring me back
I’ll risk everything if it’s for you
a whisper into the night
Telling me it’s not my time and don’t give up
I’ve never stood up before
This time demo yuzure nai mono
Nigitta kono te wa hanasa nai
So stand up stand up
Just gotta keep it
I wanna wake up wake up
Just tell me how I can
Never give up
Kuru oshii hodo setsuna no enrei
Just tell me why baby
They might call me crazy
for saying I’ll fight until there is no more
Urei wo fukunda senkou gankou wa kankaku teki shoudou
Blinded I can’t see the end
so where do I begin
Say not a word I can hear you
The silence between us
Nani mo nai youni utsutteru dake
I’ll take this chance and I’ll make it mine
Tada kakuse nai mono kazatta youni mise kake teru
So stand up stand up
Just gotta keep it
I wanna wake up wake up
Just tell me how I can
Never give up
Kanashimi to setsu nasa no enrei
Just give me a reason
to keep my heart beating
Don’t worry it’s safe right here in my arms
Kuda kete naite saite chitta kono omoi wa
so blinded I can’t see the end
Look how far we’ve made it
The pain I can’t escape it
Kono mama ja mada owara seru koto wa deki nai desho
Nando kuta bari sou demo kuchi hate you to mo
Owari wa nai sa
so where do I begin
Nigiri shimeta ushina wanu youni to…
Te wo hiroge reba kobore ochi soude
Ushinau mono nado nakatta hibi no dasei wo sutete
Kimi wo…
Just tell me why baby
They might call me crazy
for saying I’ll fight until there is no more
Urei wo fukunda senkou gankou wa kankaku teki shoudou
Blinded I can’t see the end
Look how far we’ve made it
The pain I can’t escape it
Kono mama ja mada owara seru koto wa deki nai desho
Nando kuta bari sou demo kuchi hate you to mo
Owari wa nai sa
It finally begins
Translation
Just give me a reason
to keep my heart beating
Don’t worry it’s safe right here in my arms
As the world falls apart around us
All we can do is hold on hold on
Take my hand
and bring me back
I’ll risk everything if it’s for you
a whisper into the night
Telling me it’s not my time and don’t give up
I’ve never stood up before
This time, however, I’ve found something that I’ll never give up
I’ll never let go of it
So stand up stand up
Just gotta keep it
I wanna wake up wake up
Just tell me how I can
Never give up
The captivating momentary beauty drives me crazy
Just tell me why baby
They might call me crazy
for saying I’ll fight until there is no more
These sorrowful, glinting eyes arise from an intuitive impulse
Blinded I can’t see the end
so where do I begin
Say not a word I can hear you
The silence between us
Seems as if nothing’s happening, but that’s just on the surface
I’ll take this chance and I’ll make it mine
As for the things I can’t hide, I’ll just pretend to show them off
So stand up stand up
Just gotta keep it
I wanna wake up wake up
Just tell me how I can
Never give up
A captivating beauty of grief and pain
Just give me a reason
to keep my heart beating
Don’t worry it’s safe right here in my arms
Breaking into pieces, crying, blooming, withering, this love is
so blinded I can’t see the end
Look how far we’ve made it
The pain I can’t escape it
We can’t end it yet, right?
No matter how many times we’re close to dying or rotting away
There will be no end
so where do I begin
I held on to it tightly, so that I wouldn’t lose it…
Feels like it’d slip through my fingers once I loosen my grip
I’ll break my old habits from the days when I had nothing to lose
And take you away…
Just tell me why baby
They might call me crazy
for saying I’ll fight until there is no more
These sorrowful, glinting eyes arise from an intuitive impulse
Blinded I can’t see the end
Look how far we’ve made it
The pain I can’t escape it
We can’t end it yet, right?
No matter how many times we’re close to dying or rotting away
There will be no end
It finally begins
Credits: animelyrics
Komentar Terbaru